Perjalanan kehidupan seorang Kristen sering digambarkan
sebagai seorang peziarah, lebih tepatnya mungkin pengembara/musafir. Sebab jika
seorang peziarah tahu arah pasti yang dituju, sedangkan pengembara tidak
mengetahui jalur pasti perjalanannya dan sampai kapan waktunya perjalanan ini
akan berakhir. Dia harus terus bergerak mengikuti panggilan Sang Penuntun
Hidup. Dalam cerita Alkitab ini dialami oleh Abram yang mendengar suara Tuhan
memanggilnya, Israel di padang gurun yang dituntun tiang api dan awan, dan para
Rasul yang dipimpin Roh Kudus. Mereka hanya berjalan dan terus berjalan tiada
henti mengikuti suara ilahi dan mengikuti petunjuk-petunjukNya untuk dapat
membuktikan bakti dan cintanya.
Sedikit dari para murid yang tahu
bahwa hari itu mereka akan segera menjadi pengembara di bumi ini, akan terus
berjalan bahkan berlari, tanpa rumah yang tetap, hidup dalam keadaan yang
sering menakutkan, mengalami penolakan, dan dimusuhi sebagai pengikut Tuhan
Yesus. Tetapi mereka - dan kitapun - juga adalah pengembara yang memikul
salib dan mengikuti panggilan Tuhan Yesus Kristus, melaksanakan amanat
agungNya, “Pergilah jadikanlah semua bangsa murid-Ku …(Mat 28:19-20)